Bullying: Tentang Belajar Menyembuhkan Luka Masa Lalu




Bullying: Tentang Belajar Menyembuhkan Luka Masa Lalu
 
 
 
Dilansir dari Indopositive.org, Bullying adalah tindakan penggunaan kekuasaan untuk menyakiti seseorang atau sekelompok orang baik secara verbal, fisik, maupun psikologis sehingga korban merasa tertekan, trauma, dan tak berdaya. Selain itu, bullying merupakan salah satu bentuk dari perilaku agresi dengan kekuatan dominan pada perilaku yang dilakukan secara berulang-ulang dengan tujuan mengganggu anak lain atau korban yang lebih lemah darinya. Kata bullying sendiri berasal dari Bahasa Inggris, yaitu dari kata bull yang berarti banteng yang senang merunduk kesana kemari.
 
Kelas 5 Madrasah Ibtidaiyah atau setara 5 SD saat itu, penulis sempat mengalami tekanan batin yang cukup mengguncang kejiwaan. Perundungan, atau yang populernya disebut Bullying adalah salah satu hal yang paling tidak diinginkan terjadi pada diri seseorang saat menjalani masa sekolah. Masa-masa dimana seseorang mulai belajar dan menikmati indahnya hidup tanpa beban pikiran, beberapa orang terpaksa harus menempuhnya dengan perjalanan yang keras dan terjal.
 
Kenangan terburuk yang akan terus membekas dalam hidup penulis, kenangan yang membuat mentalnya begitu mudah jatuh sampai sekarang, dan kenangan yang benar-benar membuat penulis takut dalam menghadapi sesuatu yang memiliki risiko tinggi. Perundungan ini dimulai dengan sepeda penulis yang biasa digunakan untuk ke sekolah, ketika hendak pulang pasti selalu berada dalam posisi sudah jatuh.

Awalnya penulis membiarkan saja hal tersebut terjadi, karena walaupun tahu siapa pelakunya juga tidak bisa melawan. Pelaku utama perundungan bertubuh paling tambun di sekolah ini, sekaligus pula yang paling nakal. Bahkan guru saja sudah belasan kali menegurnya dan dia tidak kunjung berubah.

Ada salah satu teman penulis yang sempat bertengkar dengannya, malah berakhir ditinju tepat dimulutnya sampai berdarah cukup banyak. Penulis sendiri tidak pernah mengalami hal semacam itu karena terlalu takut untuk melakukan perlawanan. Penulis pernah dikepung saat bersepeda pulang ke rumah sampai akhirnya jatuh karena terlalu dekat dengan pinggir jalan yang tinggi sebelah. Tidak ada luka fisik yang berarti, namun jiwa penulis mulai mengalami goncangan. Tentu saja bukan itu pengalaman terburuk yang dialami penulis.

Penulis mengira  keputusan untuk tidak mencoba mengambil risiko melawan seseorang yang lebih kuat itu adalah pilihan terbaik. Tetapi ternyata, itu mungkin akan menjadi salah satu pilihan terburuk dalam hidup. Salah satu buku favorit penulis, sebuah buku pelajaran lama yang memuat daftar tempat wisata di berbagai provinsi di Indonesia, pelaku perundungan merobek seluruh halamannya dan menjadikannya sebagai isi bola plastik tanpa sepengetahuan penulis.

Puncaknya, sekaligus pula akhir dari pelaku, adalah ketika penulis dikunci dalam ruang kelas sebanyak dua kali. Pertama pada saat hendak apel penutupan latihan pramuka sore, penulis yang hendak keluar malah dikunci dengan dia menahan pintu keluar. Tenaga yang dikeluarkan tentu berbeda jauh, dan penulis tidak mampu membukanya. Menangis dan meraung adalah satu-satunya hal yang bisa penulis lakukan. Tidak berlangsung lama memang, namun rasa takut semakin menguasai diri penulis sejak saat itu.
 
Tepat keesokan harinya, pagi hari menjelang waktu belajar dimulai, penulis kembali diperlakukan dengan hal yang sama, dikunci di dalam ruang kelas sampai menangis. Saat itulah penulis memutuskan untuk pulang dan tidak akan pergi ke sekolah lagi. Sesampainya di rumah, ayah penulis dengan penuh kemarahan membawa penulis kembali ke sekolah. Tanpa basa-basi, beliau langsung memukul dan memarahi sang pelaku.
 
Penulis sendiri hanya diam di depan pintu melihat kejadian itu. Tidak merasa senang, tidak pula merasa sedih. Perasaan hampa dan kosong yang kemudian baru disadari penulis sebagai hilangnya emosi dan terbentuknya kepribadian baru di masa yang akan datang. Harga yang sepadan dengan perubahan sifat pelaku yang berhenti melakukan perundungan sampai lulus sekolah dan penulis naik kelas.

Penulis mulai mengubah penampilan dan sikap sejak saat itu. Dari yang sebelumnya selalu menaikkan celana sampai di atas pusar, atau istilah lainnya culun, menjadi diturunkan seperti yang lainnya. Penulis juga menjadi jauh lebih pendiam dan tertutup, walaupun masih dikenal sebagai pemegang ranking di kelas. Ini terjadi saat SMP sampai lulus.

Waktu SMA adalah waktu dimana penulis mengalami kejadian-kejadian besar yang akan berpengaruh pada hidupnya. Penulis menemukan cinta pertamanya, menemukan dirinya yang sudah lebih tegar dan pemaaf, dan menemukan penyembuh atas emosi yang telah dipendamnya selama enam tahun belakangan ini. Penyembuh tersebut adalah menulis, sebuah hobi tidak terduga yang terpantik hanya karena tugas bahasa Indonesia.

Mencurahkan emosi yang tidak pernah terucap dalam perkataan ternyata sangat indah namun juga agak menyakitkan. Satu hal yang akhirnya penulis sadari setelah lulus SMA adalah tidak akan ada jawaban yang pasti atas segala emosi yang dicurahkan ke dalam tulisan. Tidak seperti ketika mencurahkan isi hati kepada seseorang yang dapat dipercaya seperti sahabat dekat, setidaknya petunjuk atas solusi masalah bisa ditemukan dengan menggunakan kepala atau pikiran yang berbeda.

Namun dari rentetan pengalaman ini, penulis telah menemukan hal terpenting dari masa lalunya, sebuah pelajaran untuk terus percaya diri dan berpikir positif. Walaupun tidak bisa diterapkan setiap waktu, setidaknya penulis sadar jika kejadian itu tidak terjadi, jalan hidupnya mungkin tidak akan seperti sekarang ini. Walau perasaan takut masih terus ada, penulis telah belajar menerima dan memaafkan apa yang telah terjadi di masa lalu.

Mengutip dari Gramedia.com, berikut langkah-langkah untuk menghentikan bullying yang terjadi di sekitar kalian:

Jika kalian dibully
-Tetap percaya diri dan hadapi tindakan bullying dengan berani.
-Simpan semua bukti bullying yang bisa kalian laporkan, kepada orang dewasa yang dekat dan kalian percaya, seperti guru, jika guru adalah pelaku, laporkan segera ke orang tua kalian, jika perlu melaporkan ke aparat penegak hukum, dalam hal ini Polisi.
-Jangan pernah takut untuk berbicara atau melaporkan, meskipun kalian diancam oleh pelaku, karena mengancam juga merupakan tindakan kriminal.
-Berbaurlah dengan teman-teman yang membuat kalian percaya diri dan selalu berpikir positif.
-Tetap berpikir positif. Tidak ada yang salah dengan diri kalian, selama kalian tidak merugikan orang lain. Tetaplah jadi diri kalian sendiri dan lawan rasa takut kalian dengan rasa percaya diri.
 
Jika kalian melihat bullying
-Jangan diam
-Berusahalah mendamaikan
-Dukunglah korban bullying agar dapat memulihkan rasa percaya dirinya kembali dan mendampinginya agar tetap bertindak positif
-Bicaralah dengan orang terdekat pelaku bullying agar dapat memberikan perhatian dan masukan kepada pelaku
-Laporkan kepada pihak yang bisa menjadi penegak hukum di lingkungan terjadinya bullying, seperti kepala sekolah & guru, jika guru atau kepala sekolah yang menjadi pelaku, seperti tokoh masyarakat, atau aparat penegak hukum



Daftar Pustaka

#DearSenjaBlogCompetition #Bullying #Maaf

Komentar